SEBAB-SEBAB PUDARNYA BUDAYA JAWA dan UPAYA PELESTARIANNYA
Disusun oleh:
Tis’atun Awaliyah
(1604046075)
Dian Hendrarini
(1604046076)
Indika Azkiyati Karima
(1604046077)
Kharirotun Nadhifah
(1604046078)
Akhlis wafa
(1604046079)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Budaya jawa adalah salah satu warisan
leluhur bangsa yang menjadi identitas suatu daerah dalam sebuah Negara. Namun,
lambat laun kini budaya jawa terpinggirkan oleh arus modernisasi. Sebagai
Negara yang memiliki beraneka ragam seni
budaya, yang sekaligus merupakan ciri khas dan aset, sudah banyak sekali
jenis-jenis kebudayaan yang dimiliki Negeri mulai terlupakan dari ingatan
generasi bangsa.
Salah satunya
dampak kebudayaan adalah nyaris punahnya suatu bahasa daerah di Indonesia.
Dikarenakan yang menyatakan bahasa hanya kaum tua saja kaum mudanya sama sekali
tidak tertarik mempelajarinya dan mengucapkan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Generasi muda yamg harusnya menjadi generasi pelestari budaya melupakan
budayanya sendiri.
Dalam Islam, budaya disebut dengan
adab. Islam telah menggariskan adab-adab Islami yang mengatur etika dan
norma-norma pemeluknya. Adab-adab Islami ini meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia. Tuntunannya turun langsung dari Allah l melalui wahyu kepada
Rasul-Nya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan terbaik dalam hal etika dan adab
ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Budaya jawa?
2. Apa
kelebihan dan kelemahan budaya jawa?
3. Apa
saja budaya jawa yang masih diperlukan?
4. Apa faktor yang mempengaruhi pudarnya budaya jawa ?
5. Bagaimana
cara pelestarian budaya jawa dikalangan umat islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Budaya Jawa
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentu jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusi. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dann dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni[1]. Jadi budaya (kebudayaan) adalah semua
tindakan manusia dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
hidup dan kehidupan[2].
Masyarakat jawa memiliki
karakterisstik budaya yang khas sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Budaya
ajwa dapat dibedakan menjadi dua yakni nudaya lahir dan budaya bathin. Budhaya
lahir terkait dengan kedudukan makhluk individu dan makhluk sosial, dalam hal
itu budaya jawa memiliki kaidah yang dapat dengan mudah diidentifikasikan
berdasarkan ungkapan-ungkapan budaya sebgai nilai-nilai budaya yang didukung
oleh masyarakat. Sedangkan budhaya bathin terkait dengan persoalan yang
bersifat supranatural atau hal-hal yang tidak dapat di jangkau dengan kasat
mata.
Budaya jawa berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya jawa secara garis besar
dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya banyumasan, budaya jawa Tengah-DIY dan
budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan
keserasian dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan budaya jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia
yang paling banayk diminati di luar negeri. Beberapa budaya jawa yang diminati
di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik, Kebaya dan Gamelan serta
Sastra Jawa NegaraKretagama menjadi satu-satunya karya sastra Indonesia diakui
UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara
National University of Singapore John N. Miksie Jangkauan Kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh
kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik
karena membagi tingkat bahasa jawa menjadi beberapa tingkatan yaitu Ngoko,
Madya dan Krama[3].
Ciri atau identitas lainya dari
budaya Jawa adalah keyakinan kejawen. Kejawen (Wikipedia) adalah kepercayaan
yang hidup di suku jawa . kejawen pada dasarnya bersumber dari kepercayaan
Animisme yang dipengaruhi Hindu dan Budha. Karena itulah suku Jawa umumnya
dianggap sebagai suku yang mempunyai kemampuan menjalani sinkretisme
kepercayaan, semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai jawa.[4]
B.
Kelebihan dan
kekurangan Budaya Jawa
Keunggulan budaya jawa dalam bertanding dengan
kultur lain terletak pada keseimbangan berolah rasa, olah jiwa dan olah pikir.
Tripartite oleh rasa-jiwa-pikir itu, menjiwai seluruh rangkaian lelaku bagi
wong jawa tulen. Impact lansungnya, kearifan jiwa dan kerendahan hati seorang
jawa terselubung dalam segala keputusan intelektualnya.
Kelemahan budaya jawa yaitu memudarnya kecinntaan terhadap budaya lokal
menjadi momok indonesia yang tak kunjung berhenti akan tetapi hanya segelintir
orang yang merasa cemas akan adanya fenomena tersebut, bahkan ada saja
sekelompok orang yang sudah menganggap budaya lokal sudah tidak relevan dengan
kemajuan globalisasi. Budaya jawa telah hilang rohnya sebagai dampak benturan
budaya sekuleristis nan menghedoinistis. Fenomena memudarnya budaya jawa dapat
dilihat dari sudut pandang perilaku konsumerisme , menurutnya jumlah rumah ala
joglo yang sebenarnya tahan akan gempa dan bagaimana fungsi hukum adat yang
tergerus relevansi global. Budaya belanja yang berlebihan mempunyai dampak
negatif terhadap pertmubuhan budaya jawa.
Kelamahan yang lain adalah bahasa jawa tidak
diajarkan. Banyak orang tua yang dirumah tidak mengajarkan bahasa jawa terhadap
anaknya, mereka malah membiasakan anaknya berbahasa indonesia maupun inggris.
Disekolah-sekolah juga jarang mengajarkan kesenian jawa seperti gamelan,
tembang macapat dan lain-lain.
C.
Budaya jawa
yang masih ada dan diperlukan
Berikut adalah salah satu budaya jawa yang masih ada
:
1.
Pakaian adat provinsi jawa tengah
Yang
paling dikenal dari adat pakaian adat jawa provinsi jawa tengah adalah pakaian
setelan kain kebaya, motif kain kebaya yang ada di provinsi jawa tengah
tidaklah sama dengan motif kebaya yang ada di daerah lainnya. Biasanya yang
membuatnya beda adalah pada motif batiknya serta model setelan cara pemakaian
kein kebayannya, kalau diamati sepintas , pakaian adat jawa provinsi jawa
tengah lebih identik dengan dengan penggunaan kain kebaya dengan motif
batiknya, dimana batik yang dipakai merupakan sejenis batik tulis yang masih
tergolong asli[5]. Pakaian adat
jawa busana kebaya pada umumnya hanya dikenakan pada hari-hari tertentu saja,
seperti ketika upacara adat misalnya.
2. Adat
dan istiadat
Adat
dan istiadat jawa seperti : saat prosesi upacara pernikahan yaitu adat istiadat
jawa juga sudaah jamak kita dapati dalam pelaksanaan prosesi upacara
pernikahan. Adat istiadat jawa masa dalam kandungan saat seorang perempuan jawa
mengandung dan usia kandunganya sudah mulai dilakukan prosesi ritual adat
istiadat jawa berupa selametan, ritual berikutnya pada masa kehamilan memasuki
bulan ketujuh mereka akan melakukan semacam ritual selametan atau yang sudah
jamak dikenal di masyarakat dengan sebutan mitoni[6].
3. Bahasa
Jawa
Bahasa
jawa nggoko adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang
sebaya atau orang yang sudh akrab, bisa juga digunakan oleh orang yang
kedudukannya lebih tinggi untuk berbicara kepada bawahannya.
Bahasa
krama adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua
(umur maupun kekerabatan) dan tinggi kedudukannya juga ketika berbicara dengan
orang yang belum kenal.[7]
4.
Suronan, Muludan, Rejeban, Ruwahan
(Ritual Jawa)
Dalam
budaya jawa kita juga mengenal bulan suro, bulan suro yaitu bulan pertama dalam
tahun jawa sehingga setiap tanggal 1 suro akan diperingati tahun baru
penanggalan jawa. Ritual ini dilakukan diberbagai tempat dan sudah berjalan
secara turu temurun sebagai tradisi masyarakat jawa[8].
Di
bulan maulud di berbagai masjid biasanya di adakan pembacaan dhiba’
(berjanjenan) dan sekaligus memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. dan di
daerah aceh yogyakarta maupun surakarta sudah menjadi tradisi bahwa setiap bulan
maulud diadakan sekatenan dan grebeg maulud[9].
Rejeban
sama halnya dengan maulud hanya saja yang terkenal adalah sekatenan dan
perebutan tempeng raksasa. Acar tersebut di selenggarakan di Yogyakarta dan
suurakarta.
Dalam
masyarakat jawa ruwahan ini sering di sebut Sadranan . pada hari yang
ditentukan pergi kekuburan untuk melaksanakan ziarah kubur.
5.
Rukun dan Etika
Kerukunan
adalah suatu hal yang penting dalam sendi budaya jawa, karena didalam budaya
jawa seseorang yang tidak rukun terhadap sosialnya maka di sebut orang aneh.
Etika jawa adalah tata hubungan sosial masyarakat . ketika seseorang ingin
berinteraksi dengan orang lain, maka harus mempunyai etika yang baik dan
berujung pada kerukunan.
D. Pentingnya
budaya jawa
Budaya jawa masih sangat diperlukan sebagai salah
satu identitas sebuah negara, seperti rumah adat, pakaian adat, tari-tariaan,
upacara adat, batik, makanan tradisional[10].
Dan karena budaya juga terbuat dari berbagai unsur yang tidak dapat dipisahkan
dalam diri manusia. Misalnya ketika seseorang ingin berkomunikasi dengan orang
yang berbeda budaya dan menysuaikan perbedaan kebudayaannya. Dan budaya jawa itu untuk dipelajari dengan salah satu
cara melestarikannya. Yaitu cukup dengan mennggabungkan keseimbangan dalam
berolah pikir, jiwa dan rasa pada setiap insan (Tripartite olah
rasa-jiwa-pikir) telah mampu memposisikan keandalan budaya Jawa, tetap akan
eksis dalam konstelasi budaya global. Seperti saat ini batik yang telah
diakui oleh unesco menjadi kebudayaan asli Indonesia telah menjadi kebanggaan
tersendiri oleh masyarakat indonesia dimana pada hari tertentu (jumat) para
menteri/pegawai pemerintah selalu menggunakan batik pada hari tersebut selain itu batikpun kini menjadi salah satu
tren dikalangan anak muda dengan banyaknya barang-barang yang bericirikan khas
batik mulai dari sandal batik, tas batik bahkan model
rambut yang membentuk ukiran batik.
Orang jawa memiliki gaya bicara yang halus, dan
mempunyai intonasi yang baik. Orang jawa juga mempunyai tatrakrama diantaranya
adat bicara. Adat bicara orang jawa yang sopan yaitu dengan adanya unggah
ungguh bahasa. Orang jawa juga mempunyai kebudayaan yang unik salah satunya
tembang macapat yang syair-syair nya mempunyai arti yang mendalam.
Berpakaiannya orang jawa juga baik, dengan menggunakan kebaya dan jarik
wanita-wanita jawa lebih terlihat anggun.
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pudarnya budaya jawa
a.
Mengikuti gaya
barat
Dalam mengikuti gaya barat merupakan salah
satu faktor penyebeb hilangnya jati diri atau kepribadian seseorang sebagai orang
Indonesia. Salah satunya ialah mengikuti gaya artis yang mereka suka, mengikuti
gaya yang dimaksud adalah mengikuti tata cara berprilaku,potongan rambut.[11]
b.
Musik
Begitu pula dengan musik, para remaja lebih
menyukai yang berbahasa inggris dibandingkan dengan dengan bahasa indonesia,
hal ini pula bukan hanya sebagian keinginan belaka dalam menyimpan musik barat,
namun hal itu merupakan anjuran guri ataupun dosen guna untuk belajar atau cara
cepat dalam menggunakan bahasa inggris. Jika sudah mendengarkan lagu-lagu barat
siapa yang akan mendengarkan lagu-lagu indonesia, inilah penyebab akan
hilangnya budaya Indonesia.
c. Bahasa
Dan sekarang bahasa indonesia akan mulai pudar, lalu beberapa tahun
kemudian siapakan yang akan memakai bahasa indonesia dan basa daerah lainya,
sedangkan orang indonesia sendiri telah menggunakan bahasa inggris. Bayangkan
jika bangsa indonesia telah mahir dalam berbahasa inggris tentu kita semu akan
menggunakan bahasa inggris dan sedikit akan meninggalkan bahasa indonesia
maupun bahasa daerah kita sendiri.
d.
Moral
Moral
sangat penting bagi kehidupan. Moral indonesia telah mulai menipis, jika moral
sudah mulai menipis begitupula dengan agama, maka agama takkan terangkat lagi.
F.
Cara Pelestarian Budaya Jawa di
Kalangan Umat Islam
Upaya melestarikan budaya antara
lain:
1.
Paling tidak kita mengetahui
tentang budaya jaman dahulu didaerah kita sendiri. Dengan cara kita mengadakan
vestifal kebudayaan, seperti festival gamelan, wayang kulit dan lain-lain.
2.
Kemudian mendalami kebudayaan itu.
Setelah itu kita wajib menperkenalkan kepada orang lain atau yang belum tahu
tentang kebudayaan tersebut syukur-syukur sampai ke negara lain.
3.
Membiasakan hal-hal atau kegiatan
yang dapat melestarikan budaya seperti memakai batik atau bahkan pelajar
membuat batik, karena pelestarian bisa terjadi karena kita telah terbiasa
dengan kebudayaan tersebut.
4.
Membiasakan menggunakan baju-baju
daerah. Baju daerah biasanya digunakan pada saat pembukaan acara-acara maupun
hari-hari nasional seperti hari kartini.
Dengan memperkuat nilai-nilai Islam dalam tradisi Jawa masih
selaras dengan ajaran Islam diharapkan dapat membantu kearifan lokal Jawa tetap
bertahan ditengah dinamika perubahan tata kehidupan global. Pemanfaatan
teknologi informasi yang sesuai kadarnya tanpa melupakan filterisai terhadap
budaya luar seharusnya dilakukan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
tersebut kearifan lokal justru dapat diperkuat dan dilestarikan sehingga tidak
satupun generasi muda yang melupakan nilai-nilai luhur peninggalan nenek
moyangnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pudarnya kebudayan yang
berada di indonesia diantaranya ialah : mengikuti gaya barat,musik,bahasa,dan
moral. Penyebabnya dari lunturnya budaya di kalangan remaja adalah era
globalisasi yang dapat menggeser nila-nilai kebudayaan yang telah melekat
didalam masyarat Indonesia.
Dampaknya remaja di Indonesia mulai kehilangan jati dirinya sebagai
rakyat Indonesia yang memegang teguh budaya Indonesia. Budaya baik mulai luntur
seperti taria-tarian daerah, kesenian daerah, dan adat daerah, lain juga
buday-budaya baik seperti budaya gotong royong, budaya tolong menolong, dan
lainya.
Dengan memperkuat nilai-nilai Islam dalam tradisi Jawa
masih selaras dengan ajaran Islam diharapkan dapat membantu kearifan lokal Jawa
tetap bertahan ditengah dinamika perubahan tata kehidupan global. Pemanfaatan
teknologi informasi yang sesuai kadarnya tanpa melupakan filterisai terhadap
budaya luar seharusnya dilakukan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
tersebut kearifan lokal justru dapat diperkuat dan dilestarikan sehingga tidak
satupun generasi muda yang melupakan nilai-nilai luhur peninggalan nenek
moyangnya.
A.
Kritik dan
Saran
Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum bisa
memenuhi standar yang ditentukan dan jauh dari yang namanya kesempurnaan. Maka
dari itu, saya menerima dengan lapang dada kritik dan saran dari pembaca untuk
memperbaiki makalah ini dan penyusunan makalah selanjutnya untuk untuk lebih
baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, asmoro. Islam dan kebudayaan jawa (kajian
filsafat), Surakarta: CV. CenderawasihAsri, 2013.
Amin,
Darori M.. Islam dan Kebudayaan Jawa.
Yogyakarta: Gama Media. 2000.
Bagir haidar. 2017. Islam tuhan islam manusia. Bandung. PT Pustaka Mizan.
Franz,
dkk. Etika Jawa. 2016. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Prabowo,
priyo dhanu. Pengaruh islam dalam karya-karya R. NG. RANGGAWARSITA.Yogyakarta:
narasi, 2003.
Suhanjati,
Sri. Islam dan Kebudayaan Jawa Revitalisasi Kearifan Lokal. Jakarta: CV
Karya Abadi Jaya. 2015.
Sujamto.
Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize. 1992.
Sutiyono.
POROS KEBUDAYAAN JAWA. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.
Wasino.
Modernisasi di Jantung Budaya Jawa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
2014.
[1]http://juliefisipuns.blogspot.co.id/2011/05/tentang-budaya-jawa.html. Diakses
pada pukul 21 mei 2017
[2] Prabowo,
priyo dhanu. Pengaruh islam dalam karya-karya R. NG. RANGGAWARSITA. Yogyakarta:
narasi, 2003.
Hlm 24.
[4] Ibid, Julieinfus.
[5]http://www.budayajawa.com/2017/04/pakaian-adat-jawa.html.
Diakses pada pukul 10:31 22 mei 2017
[7]http://budayasenijawa.wordpress.com/2010/11/25/semantik-bahasa-jawa/
di akses pada pukul 10:31 22
mei 2017
[8] Ahmadi,
asmoro. Islam dan kebudayaan jawa (kajian filsafat), surakarta: cv.
Cenderawasih Asari, 2013. Hlm
14 .
[9] Ibid, islam
dan kebudayaan jawa (kajian filsafat). Hlm 29-31
[10]
http://rismawdyt13.blogspot.co.id/2016/01keanekaragaman-budaya-di-indonesia.html
.
[11] Amin,
Darori M, 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media. Hlm
6.
Komentar
Posting Komentar